Kesenjangan sosial, khususnya kesenjangan akses, masih menjadi persoalan utama yang dihadapi anak-anak muda di berbagai daerah untuk maju, berdaya dan memiliki peran publik.
Hal ini kerap mengakibatkan terhambatnya kesempatan anak muda untuk berkontribusi memajukan lingkungan dan masyarakatnya.
Hal ini diungkapkan Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho saat hadir sebagai pembicara dalam acara Tanwir Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke-XXXII di Jakarta, Sabtu (2/12).
“Problem negara ini adalah kesenjangan sosial. Anak-anak muda di berbagai daerah sebenarnya isunya adalah kesenjangan akses, akses anak-anak muda untuk maju dan berkembang secara inklusif tidak tersebar secara merata. Jika ada sangat jarang, terkonsentrasi hanya pada sebagian kecil stratum sosial, khususnya kalangan keluarga pembesar,” kata Dimas.
Dimas menjelaskan bahwa masalah kesenjangan sosial dan kesenjangan akses yang dihadapi oleh para pemuda seharusnya sudah harus bisa diatasi melalui skema program pemberdayaan pemerintah pusat maupun daerah, serta kerja sama pemerintah dengan pihak swasta.
Namun, sering kali buruknya sosialisasi, implementasi dan masih adanya budaya korupsi dan nepotisme jadi penghambat.
“Kesenjangan sosial dan akses sebenarnya merupakan masalah struktural sekaligus kultural, disebabkan antara lain mulai dari birokrasi yang tidak efektif bahkan korup dan nepotis, juga budaya politik, termasuk menguatnya fenomena elitisme dan politik dinasti, serta oligarki yang cenderung menutup kesempatan dan ruang anak muda secara umum untuk maju dan berkembang sesuai potensi, minat dan bakat,” ungkap deklarator Anak Muda Satu Nusa Satu Suara untuk Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ini.
Salah satu tugas anak muda saat ini, kata Dimas, bagaimana caranya memutus mata rantai kesenjangan tersebut. Dengan begitu, para anak muda di seluruh Indonesia bisa punya kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang.
Dimas sendiri meyakini banyak anak-anak muda berbakat yang memiliki karakter kepemimpinan dan potensi diri yang kuat dan menonjol, dari dari Aceh sampai Papua, tinggal bagaimana negara mampu membuat kebijakan yang konstruktif bagi mereka berkembang.
“IMM sebagai lembaga atau organisasi pengkaderan yang mencetak pemimpin yang hebat harus ikut terlibat berjuang memutus mata rantai kesenjangan ini, karena selama ini negara kurang hadir secara serius untuk anak-anak muda dalam berproses,” kata dia.
Bahkan Dimas juga mengatakan bahwa majunya Gibran tidak bisa kita samakan dengan perjuangan anak muda, karena Gibran hadir tanpa melewati yang namanya proses.
“Majunya Gibran sebagai cawapres hanyalah agenda elit, agenda anaknya presiden saat ini dan hal itu sama sekali tidak menyentuh aspek perjuangan anak-anak muda secara substansial dan inklusif. Saya sendiri belum pernah mendengar kebijakan terobosan dari Gibran selama 2 tahun menjadi walikota yang jelas telah memajukan anak-anak muda di Solo secara luas,” tutup Dimas.
Sumber: Potong Kesenjangan Akses, Dimas Oky Nugroho Ajak Kader IMM Dukung Anak Bangsa