Keputusan PKS memasangkan Anies Baswedan dan Sohibul Iman untuk Pilkada Jakarta dinilai terlalu prematur.
Dengan mendorong Sohibul, PKS terkesan menutup ruang parpol lain untuk menjajaki koalisi bersama Anies Baswedan. Padahal partai pimpinan Ahmad Syaikhu ini tidak bisa mengajukan Cagub dan Cawagub Jakarta tanpa berkoalisi.
“Langkah politik PKS ini menutup ruang partai lain menjajaki sosok calon pendamping Anies. Padahal semangatnya kolaboratif, bersepakat di awal untuk calon gubernur dulu, wagub kemudian,” kata pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Ikhwanul Maarif, Jumat (28/6).
Sebagai partai yang butuh koalisi, PKS seharusnya berdiskusi dulu dengan partai politik lain, yang kemungkinan juga berminat mengusung Anies.
“Kalau bicara soal kursi, PKS belum cukup mengusung Anies. Mereka butuh partai politik lain dan belum tentu nama Sohibul Iman diterima partai lain,” jelasnya.
Yang tak kalah penting, basis pemilih Anies dan PKS beririsan. Maka jika memaksakan duet Anies-Sohibul, pasangan ini tidak memiliki warna untuk Pilgub Jakarta.
“Masyarakat Jakarta pasti menginginkan warna kebersamaan, seperti sosok pasangan yang nasionalis dan agamis, atau yang mampu merangkul seluruh potensi warga Jakarta, sehingga inklusif,” pungkasnya
Sumber: Pengamat: Duet Anies-Sohibul Prematur dan Tidak Berwarna